Hari kemarin, adalah tahun ke 5 pencanangan Hari Batik nasional oleh UNESCO.
Saya ingat begitu gegap gempitanya diri saya ketika UNESCO mencanangkan tanggal 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional. Bagaimana tidak? Pada saat itu banyak isyu beredar tentang hak cipta batik yang diambil oleh Belanda dan Malaysia, sedangkan orang Indonesia sendiri sangat berbangga menggunakan jeans asal negeri Paman Sam.
Mungkin sedikit demi sedikit (walaupun masih terluka) kita bisa menapaki jati diri dengan lebih baik di tahun-tahun belakangan ini. Rasanya semakin banyak orang bangga dengan menggunakan motif batik. Saya mengatakan "motif batik" karena masih banyak pengguna batik menggunakan batik hasil print (seringkali buatan Cina) tapi suasananya lebih terasa apabila setidaknya kita bisa berbangga hati dengan motif tersebut walaupun itu buatan Cina, Vietman maupun buatan alien dari bulan.
Menurut paham saya, pupuk saja rasa cintanya, jangan cari kesalahannya. Mencintai itu proses. Mungkin pemakai batik print tidak terlalu mengerti kalau batik itu adalah proses memberikan motif dengan menggunakan lilin. Dihargai saja usahanya menggunakan motif batik, dipuji, siapa tahu besok mereka memiliki uang lebih untuk membeli batik cap sebulan kemudian tabungannya bertambah dan bisa membeli batik tulis. percaya atau tidak, mengumpulkan karya batik tulis itu seperti mengumpulkan emas atau saham, hitung-hitung investasi.
Batik itu bukan komoditi murahan. Batik tulis asli bisa dibuat sebulan bahkan tahunan, tergantung jenis motifnya. Motif mega Mendung yang terlihat sederhana sebenarnya memiliki gradasi warna yang bisa bikin pusing pembuatnya. Semakin banyak gradasinya, akan semakin mahal harganya karena harus dibatik, diwarna, dilorot, dicuci, dibatik lagi diwarna dengan warna gradasi, dilorot, dicuci dan teruusss sampai mendapatkan gradasi yang diharapkan. Jangan kaget bila kita mendapatkan harga batik di atas 3 juta selembar. Hitung saja biaya hidup pembuatnya, harga bahannya dan yang paling penting, hitung juga penghargaan atas karya seni Indonesia ASLI. Tidak berbeda jauh dengan motif lainnya yang ada di Indonesia, semuanya lama dibuat karenanya dianggap bernilai tinggi.
Kain lain yang harusnya dijaga kekayaannya adalah kain tenun. Jangan sampai kekayaan itu dinikmati begitu saja oleh bangsa lain. Saya tidak bilang jangan diapresiasi looo yaa... Diapresiasi oleh orang lain itu harus namun jangan sampai kita kecolongan lagi dan akhirnya pengakuan dan lisensi motif-motif tenun dimiliki oleh negara lain. Bangsa lain sudah mengapresiasi kain tenun kita. Lihat saja motif Ikat Bali di koleksi Gucci dan Burberry di tahun 2013-2014. Ayo kita jaga juga warisan budaya bangsa yang lain..
Selamat Hari Batik Nasional..
Enjoy!
Batik Buketan dari Pekalongan dari bahan Sutra koleksi dari Pertunangan saya beberapa tahun yang lalu..